Selasa, 30 Maret 2021

Hidup

 Hey,

Akhirnya Aku masih saja hidup, masih hidup juga,

Perlukah kau bersyukur?

Perlukah Aku berterimakasih?


: "Tentu perlu agar engkau tak kufur. Bumi masih saja meraung tapi  ikhlasmu jangan sampai terhiyung"


Lalu,

Kata siapa cinta itu sederhana,

Lantas apa yang membuatnya erong-rong bagai lembah dalam buana?

Hmmmm?

Kamu masih saja diam dalam kesenyapan yang dalam tanpa mampu mengungkapkan!

Apakah engkau tengah terjerembak?

Dalam batin yang ilu entas tanpa batas serta patas yang tak kunjung kembali. 

Selamat, Kamu masih saja hidup. 

Dinkmati, disyukuri dan manfaatkan nafasmu untuk kebajikan diri, keluargi dan ibu pertiwi.


Negeri ini masih menanti kebahagianmu dan Cinta.


Raundoh Tul Jannah (R.T.J) 31/03/2021, 11.55.

Selasa, 29 Desember 2020

Ada Rindu-Nya Hujan di Penghujung Tahun Ini


Ada Rindu-Nya Hujan di Penghujung Tahun Ini

Penulis kasih tahu sesuatu. Sahabat Damai tahukan, bahwa hujan itu pengikut setia kok, ia akan mengikuti sendumu jika kau tengah sendu, hujan jugalah yang akan mengikuti bahagiamu jika tawamu sedang terhempas bersama embun waktu.

 HUJAN. Tidak pernah turun dengaan maksud yang buruk. Waktu dan keadalaanlah yang membuatnya buruk. Begitulah salah satu ungkapan yang di sematkan oleh pujangga muda Indonesia -Fiersa Basari- tentang hujan.

Siapa yang tidak kenal hujan, ia ibarat sahabat bagi umat yang mendabakan.Apakah kamu menjadi bagian dari sang penggerutu hujan? Sudahkan kamu membuka makna “Damai dalam Hujan” wahai Sahabat?

Alam semesta yang indah ini diciptakan untuk makluk-Nya. Tiada yang tahu kapan hujan akan berhenti atau detik keberapa ia akan jatuhkan air suci itu ke bumi. Manusia semestinya perlu mengerti dan menerima tentang augerah kodrati itu.

Kebanyakan dari kita, pasti akan banyak menggerutukan manakala hujan itu datang. Menghujatnya seperti tak memikirkan perasaan.

Banyak hal yang semestinya dapat kita pelajari dari hujan, mungkin kita diberi waktu yang luang untuk sejenak merehatkan kaki dan tangan yang bergerak seharian. Mengatur nafas yang sedari pagi terenggah mengejar date line, atau mungkin kita diminta untuk relaksasi dari penatnya pikiran. Bisa juga agar lancar berjualan, karena setelah hujan akan datang langit yang terang. Pastinya hujan adalah waktu yang tepat untuk mencurahkan seluruh perasaan kepada Tuhan melalui doa-doa yang penuh penghambaan.

Masih sibuk menggerutu?

Kadangkala, memang ta mengapa untuk gundah gulana karenanya, akan tetapi engkaupun perlu menyadari. Bahwa rejeki yang dijatuhkan oleh Tuhan itu sangatlah adil dan tahu kadar yang hendak dibagi.

Coba tengoklah yang di luar sana, di sekelilingmu. Ketika engkau sering mengerutu, apakah kau lebih beruntung atau justru mereka yang kau katakan kasian malah jauh lebih beruntug. Engkau tahu mengapa?

Mereka tetap bergerak tanpa mengeluh dan bersyukur tanpa kufur. Mereka yang hanya hidup dengan selembar kain untuk menutup badan, bermodalkan telapak kaki untuk alas berjalan, dengan kantong-kantong kecil mereka menyimpan bekal makan bahkan kadang kala tangan kosong berjalan tanpa teman. Manakala matahari tengah terik atau bergantian dengan awan menjatuhkan kristalik, mereka tiada rasa takut melanjutkah langkah kecilnya.  Di  bawah rinainya air langit, hati mereka dipeluk dengan selimut damai oleh Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Itulah mengapa, dalam dinginnya hujan mereka masih saja merasakan kehangatan. Kehangatan itu hadir di dalam hati dan pelukan-Nya itu mendamaikan lebih sejuk dari tiupan angin yang menggugurkan dedaunan di musim semi, Sahabat.

Hujan di Penghujung 2020

Seperti halnya hujan yang melanda dunia ini hingga akhir 2020. Hujan yang penulis maksud adalah datangnya cobaan salah satunya ialah pandemi. Melalui 2020 bukan hal yang mudah untuk seluruh insan di dunia ini. Hal yang tidak pernah terduga pemikiran sebelumnya, hujan air mata, bahkan kehilangan telah dialami oleh banyak orang. Namun, hal tersebut bukanlah alasan untuk terpuruk dalam keadaan.

Kondisi yang menuntut kecermatan, managemen kontrol, inovasi, pergerakan cepat dan kehati-hatian ini pun, dapat melahirkan banyak hal baru yang mengingatkan kita akan pentingnya kemampuan bradaptasi. Mengingatkan betapa menjaga kebersihan hati dan diri itu penting, karena sebagai bagian dari iman.

Tuhan Tengah Mengetuk Hati...

Seberapa dalamkah rasa syukur kita sebagai hamba, seberapa mampukah menghadapi cobaan dan musibah yang terjadi?

Dalam hujan yang turun hingga penghujung tahun 2020 ini. Allah, Tuhan Semesta Alam, menitipkan salam rindu yang membentangkan jarak pertemuan atau bahkan mengirimkan surat perpisahan. Alangkah indahnya, jika kita isi ruang kerinduan-kerinduan itu dengan bersujud, bertasbih, berdoa, membacakan pujian, melantunkan ayat-ayat suci dalam kitab suci. Agar kita tidak gusar, agar kita tidak akan gentar, agar sanubari yang kosong itu kembali terisi. Supaya kita tidak sibuk untuk menggerutu lagi dan lagi, menghujat dan menyalahkan waktu yang terjadi, atau membenci waktu padahal engkau pun menjadi bagian dari hal itu. Seperti saat menggerutu datangnya hujan.

Jadi,

Jangan lupa bersyukur untuk hari-harimu, ucapkan terimakasih untuk semestamu dan jaga bumimu. Jangan menggerutu bila hjan datang cukup ungkapkan “Alhamdulillah, Sykurlah, Puji Tuhan, Jagat Dewa Bathar, Rahayu  dan begitupun sesuai kepercayaan setiap orang.

Puji Tuhan dan Rahmat Allah selalu meneyertai umatnya yang pandai bersyukur. Tetap semangat dan Jaga hidup sehat dengan tetap menerapkan 3 M (Memakai Masker, Mencuci Tangan dan Menjaga Jarak), patuhi protokol masuk dan keluar dari rumah wahai Sahabat Damai Jawa Tengah dan Indonesia. Jaga Tangga Jaga Sepadha-padha Yok Sobat, Kabeh Dulur!

CRaunddoh Tul Jannah (R.T.J.)


Artikel ini sudah di unggah di laman dutadamaijateng.id : http://dutadamaijawatengah.id/2020/12/29/ada-rindu-nya-hujan-di-penghujung-tahun-ini/

Rabu, 26 Agustus 2020

Waspadai "Revenge Porn"


Kini. Dunia digital termasuk sosial media ibaratkan rumah kedua oleh setiap pemilik aksesnya. Banyak interaksi yang terjadi di dalamnya, seperti literasi, bisnis, perniagaan, promosi hingga hal sederhada seperti mengirimkan dan membalas pesan kepada kolega atau orang terdekat termasuk dengan gebetan atau pacar.

Terkadang, unsur kedekatan menurunkan rasa kehati-hatian seseorang dalam membagikan berbagai hal maupun momen berharga melalui media digital. Entah itu konten narasi berupa pesan teks, gift, gambar, video hingga panggilan-panggilan bervideo. Padahal hal tersebut bisa saja menjadi bumerang dan bom waktu apabila kita tidak selektif ketika membagikan konten yang bersifat konsumsi pribadi atau publik. Misalnya saja ketika pacar atau kenalan memulai obrolan kemudian meminta mengirimkan gambar dengan unsur sexual.

Kenali Revenge Porn

Salah satu dampak yang tengah buming dan bisa saja terjadi ketika warganet tidak selektif dalam membagikan informasi pribadi adalah revenge porn. Revenge porn ialah suatu kegiatan menyebarkan konten seksual baik dalam bentuk foto maupun video tanpa seizin orang yang muncul di dalam foto dan video tersebut. Tujuannya bisa untuk balas dendam (revenge) atau menjelekkan orang tersebut. Beberapa contoh kasus yang terjadi adalah remaja yang melakukan sexting (chating mengandung unsur porno atau seksual) dengan pacarnya, kemudian setelah putus salah satu pihak sakit hati dan menyebarluaskan foto berbau seks mantan pacarnya tersebut.

Kejadian tersebut, banyak menimpa remaja yang tengah diombang-ambing perjalanan menemukan jati dirinya. Sehingga banyak sekali dampak yang ditimbulkan dari kejadian tersebut. Berdasarkan survey yang pernah dilakukan oleh Asosisasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2018 menunjukkan bahwa pengguna internet terbanyak berusia 15-19 tahun, kemudian usia 20-24. Masih dari sumber data yang sama diketahui bahwa, 91% dari mereka berusia 16-24 tahun. Maka tidak heran remaa menjadi usia yang rentan terhadap kejahatan seksual di media sosial.

Seperti:

  1. Depresi dan cemas. Hal tersebut terjadi akibat shock atau ketidakpercayaan seseorang terhadap kondisi yang tengah dialami saat itu. Komentar pedas dan kasar juga dapat menjadikan tekanan tersebut bertambah besar. Hal tersebut akan sangat meusak kesehatan mental dari korban.
  2. Hilangnya rasa percaya diri terhadap diri sendiri

Ketika banyak tekanan hadir dan merasa apa yang dia lakukan adalah negatif yang membuatnya sangat tidak percaya kepada dirinya sendiri. Bahayanya adalah, rasa ketidak percayaan ini bisa saja memantik korban melakukan kegiatan beresiko seperti mengonsumsi alkohol atau narkoba.

     3. Rentan terhadap pelecehan seksual

Seseorang yang sudah pernah mendapatkan pelecehan biasanya akan rentan mendapatkan hal yang sama. Karena membagikan konten pornografi di mesia sosial membuat seseorang kana mudah diingat dan dikenali. Hal ini bisa dimanfaatkan seseorang yang sengaja ingin menjahilinya lagi. Bisa saja membuat seseorang membenci lawan jenisnya.

    4. Rekam jejak digital yang tidak dapat dihapus

Hal yang menyedihkan ketika rekam jejak digital tidak dapat dihapus dengan mudah. Semua akan terangkum di dunia digital yang tentu akan banyak merugikan kehidupan. Seperti yang dibahas pada artikel sebelumya.

    5. Bunuh diri

Puncaknya bisa saja korban melakukan bunuh diri karena depresi, tidak percaya diri, tidak kuat menahan omongan, hingga kelurga yang kurang mendukung. Selain itu, biasanya pelporan kekerasan seksual kurang mendapatkan response yang baik. Hal  tersebut pun menjadi bagian faktor yang perlu diperhatikan.

Sungguh sangat disayangkan apabila hal tersebut terus terjadi di kalangan anak muda, yang seharusnya bijak bermedia juga bijak berasmara. Membedakan rasa, logika dan hawa nafsu ketika bunga-bunga cinta bermekaran memang sulit. Namun, alangkah baiknya mencegah daripada mengobati, dengan cara yang lebih bijak ketika mengirimkan informasi pribadi atau data yang wajib dilindungi karena hal tersebut akan mempengaruhi rekam jejak digital. Raundoh Tul Jannah (R.T.J.)


Artikel ini sudah pernah terbit di : http://dutadamaijawatengah.id/2020/08/28/2451/


Jumat, 21 Agustus 2020

Waspada!!! Nestapa Dibalik Kencan Aplikasi Daring


Kencan adalah tahap hubungan romantis manusia dimana dua orang bertemu dengan tujuan menilai kesesuaian sebagai calon pasangan dalam suatu hubungan intim atau pernikahan untuk melanjutkan sejarah. Dimana hal tersebut menjadi batu loncatan setiap orang untuk memiliki pasangan dan mengakhiri masa kesendirian atau bahasa kerennya Jomblo. Jhuhuhu....

Banyak hal yang dapat dilakukan saat menjalani proses pencarian pasangan tersebut, salah satunya adalah memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan melakukan kencan secara daring. Aplikasi kecan tersebut diantaranya adalah Tinder, MeChatt dan OkCupid yang memudahan seseorang untuk mempublikasikan diri, kemudian mengatur lingkup jangkauan pencarian kenalan dari jarak terdekat 2 km hingga pada jarak 25-65 km lebih untuk bertemu orang yang beragam.

Meski sejumlah orang telah membuktikan bertemu dengan pasangan yang cocok dan ideal. Namun, acap kali aplikasi kencan dapat dimanfatkan oleh orang aneh dan jahat untuk melancarkan aksinya untuk melecehkan, menipu, menculik, merampok bahkan membunuh.Seperti halnya yang telah dialami oleh salah seorang pemuda di Yogyakarta yang tertipu oleh teman kencannya di dunia maya minggu ini (8/2020). Seorang wanita yang mengaku singgle dan mengajaknya berkenalan ternyata usut punya usut ialah seorang laki-laki yang menyamar menjadi perempuan. Kemudian setelah mengajak berkencan secara langsung, pemuda tersebut dihadang oleh dua orang yang mengaku bahwa wanita tersebut kekasihnya.Tanpa basa basi, merekapun memintanya untuk turun dari kendaraannya dan merampas motor korban. Untung saja, pihak korban langsung melapor dan pelaku segera ditangkap.

Bukannya bahagia, tetapi malah nestapa yang melanda ya Sahabat Damai. Jadi budak cinta dan menikmati getaran asmara boleh-boleh saja ya Sahabat. Tetapi jangan sampai terlena, karena bahaya akan selalu mengintai. Nah, Sahabat Damai pasti tidak ingin kegalauan bahkan kerugian itu menmpa kalian kan. Ayo simak tips untuk waspada dari nestapa kencan daring ala Sobat Damai.

  1. Jangan mudah percaya

Kepercayaan itu penting, namun mudah menaruh kepercayaan kepada seseorang apalagi orang yang baru kita kenal adalah suatu hal yang harus dipikirkan berulangkali. Jangan sampai kita mudah percaya, hingga tidak dapat mengontrol hati serta perasaan sendiri sesuai akal sehat dan nurani. Mudah percaya dengan orang baru dapat berakibat fatal, salah satunya terjadinya penipuan yang berkedok perkenalan, investasi atau bahkan penjerumusan ke dalam kelompok paham radikal dan intoleransi. Hal tersebut tidak hanya merugikan diri sendiri akan tetapi juga orang lain di lingkungan kita.

  1. Jaga Informasi Pribadi

Menuliskan nama, kontak person dan alamat rumah hingga akun media sosial resmi secara lengkap di aplikasi online sangat tidak disarankan. Karena hal tersebut akan memberikan akses kepada orang lain yang bahkan tidak kenal sama sekali. Hal tersebut sangat membahayakan, selain kejahatan secara langsung seperti peneroran, informasi pribadi Anda pun dapat dijual oleh pihak yang tidak bertanggungjawab guna mendapat keuntungan.

Tidak hanya hal tersebut, bisa jadi biodata Anda dimanfaatkan untuk meminta kiriman uang dengan embel-embel meminta bantuan dalam kondisi mendesak kepada orang di sekitar Sahabat Damai. Perlu juga diingat, apabila di dalam aplikasi ada pihak atau lawan dating daring meminta mengirim uang, maka jangan pernah dihiraukan. Jangkauan ancaman bahaya  ternyata akan semakin melebar dan meningkat dengan pengisian biodata pribadi. Pastinya Sahabat Damai tidak maukan, nah sekarang lebih jeli dan selektiflah untuk memasukan data. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan membuat second akun.

3. Tetap berada di Platform

Agar Sahabat Damai tetap aman. Tetaplah berada di dalam sistem platform atau aplikasi yang digunakan. Artinya, tidak dengan mudah mengalihan proses komunikasi Anda dari aplikasi ke aplikasi komunikasi intensif lain seperti email, instagram atau WhatsApp. Apabila ada orang mencurigakan, Anda dapa langsung melaporkannya menggunakan menu report atau lapor. Sehingga pihak pemilik aplikasi seperti Tinder, MeChatt dan OkCupid akan menindak pemilik akun tersebut secara langsung. Tindakan aneh dan mencurigakan tersebutmeliputi meminta uang atau donasi, pengguna di bawah umur, pelecehan, mengancam, pesan yang tidak sopan, perilaku yang tidak pantas atau berbahaya saat bertemu langsung, profil yang menipu, spam, dan berjualan

  1. Jaga Akun (Change your password).

Selain melakukan hal-hal di atas, hal yang perlu Sahabat Damai lakukan adalah menjaga akun pribadi dengan rutin mengubah kata sandi. Sehingga akun Anda tidak mudah terlacak oleh para pembajak akun. Kemudian simpan dengan baik atau catat agar Sahabat Damai tidak lupa dan simpan di tempat yang aman agar data pribadi tidak mudah diakses oleh oranglain.

  1. Batasi Komunikasi untuk menghindari Sexting. Revenge porns.

Nah, hal ini juga amat penting. Tidak hanya orang terdekat seperti pacar atau teman. Biasanya ada ora

ng yang memanfaatkan aplikasi kencan untuk melakukan VCS atau Video Call Sexual. Hati-hati untuk mengirimkan gambar, atau menerima ajakan VCS tersebut, bisa jadi gambar atau rekaman Anda dapat disalahgunakan dikemudian hari. Tidak menutup kemungkinan, ketika Anda melakukan video call oknum tersbut merekamnya kemudian menyebarkannya.

Tindakan Revenge Porn ini tentu akan menjadi bumerang, apalagi jika tersebut dialami oleh perempuan. Selain 

mengakibatkan pencemaran nama baik tindakan tersebut juga dapat menjerat pelakunya dengan UU ITE.

Revenge porn adalah kegiatan menyebarkan konten seksual baik dalam bentuk foto maupun video tanpa seizin orang yang muncul di dalam foto dan video tersebut. Tujuannya bisa untuk balas dendam (revenge) atau menjelekkan orang tersebut dengan sexting. Data dari kampanye End Revenge Porn di AS menunjukkan bahwa 51% korban berpikir untuk melakukan bunuh diri.

Nah, semoga dengan tulisan mimin kali ini akan sangat bermanfaat dan lebih bijak untuk memanfaatkan jari-jari tangan Sahabat Damai semua. Tetap Waspada kejahatan bisa terjadi dimana saja dan kapan saja oleh siapa saja. Jangan sampai keinginan melabuhkan asmara malah menambah beban, derita dan nastapa ya Sahabat. Raundoh Tul Jannah (R.T.J.)

 Artikel ini sudah terbit di : http://dutadamaijawatengah.id/2020/08/12/waspada-nestapa-dibalik-kencan-aplikasi-daring/

Seberapa Jauhkah Kamu Mengenal INDONESIA? “Berdialoglah"


Merdeka!!!....

Merdeka!!!

Merdeka!!!

Merayakan Ulang Tahun Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah momentum yang sangat membahagiakan dan tidak dapat kita lewatkan begitu saja. Meski pada usia kemerdekaan yang mencapai ke 75 tahun ini masih dalam situasi pandemi COVID-19, tetapi semangat tersebut tak lantas meluntur. Justru, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk merefleksi perjalanan diri. Seberapa jauhkah kita sebagai warga negara mengenal bangsa INDONESIA.

Indonesia merdeka, sudah barang tentu bukan hadiah apalagi hasil hibah. Indonesia mampu merdeka dari belenggu panjajah dengan tangan, kaki, otot, kerja keras, pemikiran dan tumpahan darah pejuang. Banyak hal yang dapat kita teladani dan terapkan dengan seksama. Sedari  dahulu, Golongan Muda dan Golongan Tua sudah mencotohkan. Bahwa bangsa ini merdeka karena sangat mengenal dan mengamalkan musyawarah tujuan mufakat di berbagai hal. 

Kita lahir bukan dari kompromi yang berapi tanpa tujuan pasti. Jika dulu para pahlawan bangsa dari bapak proklamator, panitia perumusan kemerdekaan, pasukan keamanan rakyat, hingga para pribumi laki-laki serta perempuan tidak bahu membahu, tentu kita tidak akan menikmati kemerdekaan yang indah ini. Mereka menyatukan mimpi dan langkah, melepaskan segala atribut sosial dan latar belakang untuk satu kepentingan. Melepaskan belenggu penjajahan yang menjerat badan ibu pertiwi. 

Sahabat. Kini, mereka sudah tiada dan meninggalkan jutaan jejak sejaarah perjuangan sebelum dan setelah kemerdekaan yang membanggakan untuk selalu kita jaga. 

Mengapa kita perlu selalu menjaganya, meski sudah 75 tahun usianya? 

Sahabat, sudahkah kita berdialog kembali dengan Indonesia? Kita memang sudah selama itu bebas dari belenggu pejajah, namun belum semua aspek kehidupan di masyarakatnya  terjamin dan merdeka. Misalnya saja, banyak daerah yang masih tertinggal dalam kegelapan tanpa penenrangan dan akses kehidupan sosial yang layak. Meskipun, program pemeritah tengah galak dilakukan. Perlu kita sadari, bangsa ini merupakan cerminan dari keindahan ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, yang tengah dalam perjalannan menuju adidaya. 

Lantas, apa yang dapat kita lakukan?

Berdiam diri? Bukanlah solusi. Menyalahkan pemerintah? Atau Lembaga negara dan lembaga kemasyaratan? Apalagi, tentu saja tidak. Sahabat, kita adalah orang muda generasi yang tumbuh dari tetesan air mata, kerja keras dan lantangnya perjuangan. Pada usia 100 tahun nanti, yang  digadang-gadang dapat mengikrarkan diri sebagai negara maju Indonesia tidak bisa seorang diri. Indonesia bukan milik pemerintah, lembaga negara, lembaga masyarakat, sebagian golongan atau suku bangsa. Indonesia adalah rumah dan milik kita bersama. Jika ingin maju, hentikanlah kebiasaan untuk saling mencaci dan memaki. Ini saatnya Sahabat Damai di seluruh penjuru nusantara untuk BANGKIT DAN BERDIKARI. Tidak perlu menunggu menjadi hartawan atau juragan, tidak perlu menunggu dewasa atau menapaki karier yang diidola. 

Kamu, Aku dan Kita semua hanya perlu menyatukan tekad di setiap langkah dan karya-karya. Dengan ergandengan tangan, kembangkan diri, bekerja keras, terbuka pada wawasan tanpa meninggalkan adab dan tatanan kebudayaan bangsa sendiri. Memang awalnya masih bayangan yang mengawang, namun mulailah coba lakukanlah hal-hal posisitif dari dirimu sendiri. Baik di dunia maya dan kehidupan dunia nyata. Sudah banyak anak muda yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan sosial, membuat karya untuk membuka lapangan pekerjaan, berdikari untuk menguatkan diplomasi negeri dikancah mancanegari. 

Sahabat, Indonesia sedang membutuhakn orang-orang yang loyal dan berpikiran positif terhadap dirinya. Kontribusi kecil-kecil kita seperti belajar dan konsisten mengamalkan adab bangsa yang baik merupakan hal-hal hebat yang sudah rekan-rekan lakukan untuk mendungkung Indonesia berdaya. Hidup ini rangkaian dari rantai kehidupan yang bersambung satu sama lain. Maka yakinlah, optimisme yang kita bangun dan bangkitkan untuk melangkah hingga melawan wabah tanpa mengkambinghitamkan pihak lain adalah hal mulia yang akan menjadi angin segar untuk mengahadapi tantangan-tantangan kehidupan negara berikutnya. Jangan takut mengenal negerimu jangan takut maju untuk tanah airmu.

Kamu, Aku, Kamu Mampu!!!

Kamu, Aku, Kamu Bisa!!!

Kamu, Aku, Kamu Bangkit Bersama, untuk Wujudkan INDONESIA MAJU.

#CINTAINDONESIA 

Artikel ini sudah terbit di website dutadamaijateng : http://dutadamaijawatengah.id/2020/08/19/seberapa-jauhkah-kamu-mengenal-indonesia-berdialoglah/

Duta Damai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Jawa Tengah Present "Struktur Organisasi"

                                 

Hello Sahabat Damai,

Perkenalkan Kami Duta Damai Dunia Maya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNP) Republik Indonesia Regional Jawa Tengah mempersebahkan formasi terbaru kami di tahun 2020. Duta Damai ialah sekumpulan relawan perdamaian yang berisikan anak muda yang masif di dunia maya dan nyata untuk menebarkan benih perdamaian, membanjiri dunia maya dengan konten positif dan menyerukan gotong royong bersatu membangun Indonesia yang lebih baik.Anak-anak muda ini memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dan semangat menjaga NKRI serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila melalui dunia maya agar orang muda Indonesia khususnya dapat menyaring informasi hingga paham radikal teroris yang dapat mengancam keutuhan bangsa. Kami Hadir untuk mendarma bhaktikan diri untuk persatuan dan kesatuan bangsa, di level regional, nasional hingga internasional.

Hingga saat ini kami hadir di 13 Regional Provinsi diantara berada di Semarang, Jawa Tengah. Duta Damai Jawa Tengah terdiri dari pengurus harian dan tiga divisi yaitu Blogger, DKV dan IT. Divisi Blogger bertugas membuat artikel, features, konter narasi dan konten narasi lainnya untuk diunggah di website dan sosial media. Kemudian Tugas Divisi Desain Komunikasi Visual (DKV) yaitu membuat poster, design cartun, info grafis dan konten visual bergambar lainnya di setiap tulisan blogger untuk diunggah dan disebarluaskan kepada masyarakat. Berikutnya adalah Divisi IT. Divisi ini sangat erat hubungannya dengan tata kelola dan keamanan jaringan termasuk website dan platform sosial medialain yang dimiliki. Selain itu mereka aktif membuat video, podcash dan dokumentasi lainnya untuk membantu divisis blogger maupun DKV. Semua divisi saling berkaitan dan bersinergi sehingga karya-karya yang dilakhirkan berkontribusi sangat besar untuk membanjiri dunia maya dengan konten literasi yang positif, edukatif, informatif dan bermanfaat yang menjadikan dunia virtual lebih sehat.

Pastinya banyak ingin tahu siapa saja anak-anak muda kretaif dibalik konten-konten edukatif yang selama ini kami sajikan melalui media sosial maupun sosialisasi. Penasaran? Berikut ini adalah susunan redaksi Duta Damai Dunia Maya BNPT Relawan Penggerak Perdamaian di Jawa Tengah.

 

 

Susunan Kepengurusan Duta Damai Dunia Maya Regonal Jawa Tengah 2020

Ketua              : Basuki Setia Nugroho

Wakil Ketua    : Fiskal Purbawan

Bendahara       : Yemima Distia O

Sekretaris        : Miftakhul Lutfi F

 

Koordinator Bid Blogger : Raundoh Tul Jannah

Anggota          :

  1. Ryan Fadli
  2. Rosalin Angelica
  3. Ida Fitriyah

Koordinator Bid DKV            : Muhammad Ilham

Anggota          :

  1. Pira Purwanningsih
  2. Sultoni
  3. Riska Wardani

Koordinator Bid IT     : Fery Febriyanto

Anggota          :

  1. Anang Khairur R
  2. Achmad Nursholikin
  3. Prambudi Harizki S

 

Nah, pada Septermber hingga Oktober 2020 nanti kami akan mengadakan Open Rekruitmen (Oprek) generasi penerus aksi  dan relawan perdamaian di Jawa Tengah. Pembukan rekruitmen akan kami lakukan secara berkala hingga proses pelatihan sebagai puncaknya. Jadilah bagian dari duta damai Dunia Maya yang memulai damai dari diri sendiri.

Pantengin terus website dan akun media sosial instagram kami @dutadamai_jateng ya. Salam Damai, Satu Tekat Indonesia Damai Karena Damai Itu Indonesia. Raundoh Tul Jannah (R.T.J.)

Artikel ini sudah terbit di Duta Damai Jawa Tengah.id dengan link: http://dutadamaijawatengah.id/2020/08/21/duta-damai-badan-nasional-penanggulangan-terorisme-bnpt-jawa-tengah-present/


Minggu, 11 Agustus 2019

Curiculum Vitae of Raundoh Tul Jannah


Curiculum Vitae


Raundoh Tul Jannah has been in the field of tolerance, equality, peace and health issues for 3 years. A young Bachelor in the Department of Javanese Language and Literature Education, Semarang State University (UNNES),  Central Java, Indonesia. She has experience as a project officer, editor in chief, blogger, and research assistant in planning, developing, monitoring and evaluating in Non-Governmental Organizations (NGOs). As an ambassador of Peace that massively spreads the issue of tolerance, she also does the profession as a host of national dialogue, cultural gatherings, seminars, puppet shows, marriages and discussions both in Indonesian and Javanese languages (panatacara). She was once an announcer on Radio Republik Indonesia Semarang. Until now, she is Provincial Deputy Coordinator in Independent Young People Alliance (Aliansi Remaja Independen Jawa Tengah/ARI Jawa Tengah) in Central Java (Aliansi Remaja Independen Jawa Tengah), that works in the issues of Sexual and Reproductive Health and Rigths (SRHR), Education, and Employment for young people.

Experiences :

1. Coordinator student association journalistic 2016-2017.

2. Batik Ambassador of Semarang State University at 2016-2017. (Batik or sinjang is a traditional costume of Indonesian).

3. Duta Damai Dunia Maya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT-RI) Jawa Tengah (Cyber Peace Ambassador of the National Counterterrorism Agency of the Republic of Indonesia). As editor manager and blogger division of Tugu Muda Peace Ambassador Central Java since 2017.

4. LO Indonesian Coloring Festival Camp by Yogyakarta Peace Ambassador, Indonesia, 2017.

5. Pioneer Malon as First Peace Village in Semarang, Central Java, Indonesia 2017.

6. Tolerance Agent Toraja Youth Camp for Preventing Bullying Behavior” April 2018.

7. Winner of best Actris and The Best group performance on Traditional Drama National festival Semarang State University Indonesia, 2017.

8. Aliansi Remaja Independen as Member at 2018-2019.

9. Aliansi Remaja Independen (Independent Young People Alliance) Central Java as Deputy Coordinator start January 2019-2021.  ARI is a national youth-led non-government organization focusing on young people SRHR, Education, and Employment. As a non-government organization, ARI has 4 branches in Central Java, NTB, NTT and South Sulawesi).

10. Southeast Asia Youth Ambassador For Peace spreading peace in cyberspace by BNPT-RI April 2019.
11. Program Officer of You Acces Pragram from PAI United State of America for advocation friendly Service SHRH for young people.

Volunteer and Research Experience
1. Cyber World Peace Ambassador Training to counter hoaxes, radicalism and terrorism, May 2017.

2. National Training for the Best Peaceful Ambassador of the Indonesian National Counterterrorism Agency, Jakarta Indonesia, November 2017.
3. Nusantara Tolerance Agent for Preventing Bullying Behavior in the Interior of Tana Toraja, South Sulawesi, April 2018.
4. LO Regional Workshop on Establishing Southeast Asia Youth Ambassadors For Peace by BNPT, Jakarta, April 2019.
5. Volunteer education on the Dangers of Child-Marriage, Meaningful Youth Participation (MYP)
on Sexual and Reproductive Health and Rights (SRHR) programs, and friendly acces for young people in Pati, Rembang and Semarang. 

6. Researcher "Women's Mental Conservation Through Cultivating the Noble Value of Syiir Sekar Kedaton To Face the Global Economic Era 2020."

7. Researcher Development of Picture Books in Javanese Dialogue Pati Patients.
8. Saridin Mokong Sucipto Hadi Purnomo as Reader Response, Aesthetic Study of Literary Reception.
9. Presenter on Internasional Kconference titled Conference on The Environmental, Conservation throught Language, Arts, Culture and Education (CECLACE) Juli 2019. Title research (Javanese Trust and Spirituality in Javanese Songs by Dr. Widodo, M.Sn . : Review of Anthropology of Literature).

Organization


1. Coordinator student association journalistict of Javanese Language and Literature Departement, Semarang State University, Indonesia.

2. Training Division Javanese Arts Students Unit Activity of Traditional Drama Kethoprak Ketawang, Semarang State University, Indonesia.

3. Manager content and acounting Tugu Muda Cyber Peace Ambassador of the National Counterterrorism Agency of the Republic of Indonesia.
4. Perintis Perdamaian (Pioneer of Peace) Central Java, Indonesia.

5. Tolerance Agent for Preventing Bullying Behavior Toraja Youth Camp Indonesia.

6. Volunteer Aliansi Remaja Independen (Independent Young People Alliance) Central Java.

7. Deputy Coordinator Province of Aliansi Remaja Independen (ARI/Independent Young People Alliance) Central Java.

Languages
Arabic elementary proficiency
English Professional working proficiency
Indonesian Native or bilingual proficiency
Javanese Professional working proficiency






Minggu, 25 November 2018

PENYULUHAN HAK KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI (HKSR) REMAJA Aliansi Remaja Independen (ARI) Jawa Tengah bersama KKN UNNES Alternatif II B di Dusun Kalikembar, Desa Pakopen, Kabupaten Semarang,-Jawa Tengah by Raundoh TJ

Bagi kamu yang ingin tahu bagaimana pendapat para remaja di salah satu desa yang dekat dengan tempat hiburan malam, di Kabupaten Semarang tentang pematangan usia pernikaha. Yuks bisa cek dilink dibawah ini ya sobat...
Mari yang muda yang berenana untuk masa depan ceria... :)


https://www.youtube.com/watch?v=sHossmB_AmY&t=19s&pbjreload=10




Rabu, 11 Juli 2018

Jodho Pikir Keri by YOJA Production (BAHASA DAN SASTRA JAWA 2015)

Jodho Pikir Keri by YOJA Production. Film pendek berbahasa Jawa ini, awalnya disusun guna memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Drama Jawa Modern, Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang (UNNES) 2015 Kelompok 2, Rombel 1. Kisaah diilhami dari fenomena remaja yang kini banyak mengalami kebimbangan dan dilema hati hingga kdilanda keputus asaan karena masalah asmara diusia muda. Padahal di sisi lain, tugas utama pemuda adalah mengutamakan kualitas hidup masa depan melalui pendidikan maupun keterampilan. Berbakti pada kedua orangtua, bangsa, negara, dan masa depan tercinta. Karena sejatinya, apabila kita selalu menjaga apa yang dianugerahkan Tuhan, maka orang baik pula yang akan datang kepadamu. #KamimasihBelajar Atau bisa langsung kunjungi Channel Youtube Kami dilink bawah ini, jangan lupa like, share, and subscribe. Matur Nuwun.
https://youtu.be/vSt9LOeppKY

Senin, 04 Juni 2018

bali."Pulanglah selagi ada tempatmu mengadu tuk kembali"

dening Raundoh Tul Jannah

Wektu kuwi, bagaskara wus ginggsir ana ing kulon, ing samburining wagunan teknik industri kampuse Rara. Rara bocah wadon ayu  kanthi pakulitan kuning langsat kuwi, wis arep bali ana ing kos-kosan.
Dumadakan keprungu suwara pratanda yen ana telpon kang mlebu. Jebul sing nelpon Bulekke kang ana ing ngomah, takon yen  “Ndhuk Rara kapan mulih?” Awakmu ora sowan ing simbah ko sedela?”
“Dereng mangertos awit taksih kathah tugas-tugas ingkang dereng rampung, kinten-kinten wonten punapa inggih Bulek?” piwangsulane. “Owalah, iya wis, Bulek arep ngabari yen ta simbahmu kakung nembe ing rumah sakit Ndhuk” “Lho, gerah menapa Bulek, sampun wiwit dinten punapa kok kula nembe dipunparingi pirsa.” Maktrarab sajroning batin, dumadakan awakke Rara krasa dredeg lan lemes.
“Wiwit dina Setu wingi, iya Ndhuk pangapurane yen awakmu nembe dak kabari, balia sebisamu” piwangsulanipun Bulek. “Inggih Bulek nuwun pangapunten saderengipun dereng saged tuwi, atur salamipun kula mugi enggal dhangan”. Rasa batin Rara sansaya ora karuan, awit anggone Bulek ngendikan ko katon ana kang ditutup-tutupi. Nadyan awak isih krasa dredeg lan trataban, Rara tetep nguntabke laku tumuju kos. Rasa bingung kang tumancep ing dada awit yen bali isih ana tanggungan kuliah uga tugas-tugas kang kudu dirampungake, kuwi sansaya gawe Rara ora napsu apa-apa. Rara tetep bae nyoba tenang lan ngirim donga mugi simbah kang dadi panggon manja lan ngudar kabehing rasa panguripan kuwi enggal mari.
***
Ora let suwe nalika nembe bae buka lawang kamar kos, dumadakan ana telpon. Rara wus maktratab yen  kang mlebu telpon teka Bulek e bok menawa ana bab kang wigati banget, sore-sore telpon. “Hallo, Assalamualaikum wonten punapa Bulek?” Ratung krasa makdeg nalika Bulek ora gage enggal mangsuli nanging aku malah keprungu swara wong padha tetangisan. “Bulek” pitakonu maneh.
“Ndhuk, simbah kakungmu wus sare kanggo selawase, pangapuranana yen ta wingi nalika Bulekmu telpon kuwi simbah wus koma ora sadar babar pisan. Ora nyana yen ta sakiki malah ora kacek” piwangsulane Bulekku kaya-kaya samberan guntur kang gawe aku amung meneng tanpa bisa ngucap sak ukara. “Balia Ndhuk, ati-ati pangapuranen Bulekmu kang nembe kekabar, lan Ibumu uga ora tegel anggone kandha nyang awakmu.” “Inggih Bulek” Rati amung bisa piwales wangsulan kuwi. Ora ngerti apa kang dipikir lan dirasakake saiki. Mripat wus kembeng-kembeg kayata nahan ewonan debit ilining banyu. Eluh tumetes ing pipi. Rasane, nembe wingi dheweke ketemu, ngudar rasa lan kabeh walaka kang dak alami ing kutha anggone ngangsu kawruh.
Sajroning ati keranta-ranta “Keneng apa aku rong wulan iki saben ditelpon simbah arang dakjawab, aku alesan okeh tugas, lan maneka liyane, keneng apa Rara” nyesel, nyeseg sajroning dada. Awit Rara ora mungkin wengi kuwi langsung mulih, banjur esukke nembe diterake bali dening kanca Madrasahe biyen. Sakdalan-dalan Rara ora kuwat nahan tangis, kang eluhe  wus dleweran ing pipi wanudya kenes kuwi. Sakwengi ora bisa turu,
Kurang teka 4 jam, dheweke wus tekan ngomahe simbah. Nanging kang anggawe Rara ngrasa gedhe salah lan kuwiwaning ati marang dhiri pribadi. Nalika dheweke wus ora menangi ketemu simbahe kang pungkasan. Awit jenazah wus digawa tumuju ing pasareaan. Rara tetep bae nututi kanthi mlayu, nalika wus tekan pasarean wong-wong wus arep padha budhal awit wus lebar. Rara banjur nangis ing pasarean, nalika kabeh wong wus lunga. Rasa yesel, nyuwun pangapura kang ora kinira., bakal kaya mangkene kadadeyane. Pancen ora ana kang ngerti kapan patining manungsa kuwi tumeka.
Bulekke, banjur ngampiri lan ngereh-ngereh, kanthi angkulan kang raket, semana uga Ibu lan bapake. “Wus Ndhuk, wus, iki wus dai titahing Gusti Allah, kudu kok lilake yen ta sliramu tresna marang simbah. Didongakke, aja lali pesenen simbah mu sadurunge kapundhut, Rara kudu sregep anggone ngudi ngelmu lan aja sok sombong marang sapa bae.” Dadio nut laku kang utama ya, wus ayo bali.” Aku dirangkul lan dituntun bali dening Bulek lan Ibu mulih ing daleme simbah.
*
Okeh kenangan lan bab kang kebak yen dak ceritakake saben papan ing omahe simbahe. Ajaran kang bisa di jupuk Rara nalika kuwi, yen ta isih ana wektu, papan, lan wong kang ko tresnani balia, aja ko ulur-ulur kaya benar layangan. Bali ora kudu ngenteni lega lan ana apa. Nanging bali kanggo pangrasa kuwi uga kudu dijaga. Sapa awakmu sakiki yen ora ana wong-wong asalmu lair. Ora bakal kaya mangkene. Kuncine kudu iling marang Gusti, wongtuwa, sanak kadang lan sesulur uga kanca uga kang wigati ing ngendi bae elinga kanggo ”bali.”
R.T.J.


Sabtu, 26 Mei 2018

Kerenyahan “Hate Speech” di Tahun Politik (R.T.J)

 

Kerenyahan “Hate Speech” di Tahun Politik

TAHUN politik telah tiba. Semua elemen yang berkepentingan sibuk menyambutnya, tak terkecuali tim pemenangan masing-masing kandidat kepala daerah. Di samping penggodokan program kerja yang hampir matang untuk disajikan, penggorengan isu pun bisa dikata sudah sampai pada tahap “pemanasan minyak”.
Salah satu hasil renyah untuk disajikan adalah isu yang berkaitan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Isu yang marak bertebaran di media sosial tersebut menjadi salah satu sorotan dari dinamika politik pada 2017 di DKI Jakarta. Sebuah strategi yang ditengarai turut menjadi bagian dari faktor keberhasilan salah satu kandidat.
Ketika itu, banyak meme maupun foto editan yang berbau SARA membanjiri media sosial. Muaranya, masyarakat tersulut perdebatan pro dan kontra. Bahkan hasil dari renyahnya isu SARA itu melahirkan hasil akhir yang cukup mencengangkan. Hasil yang berbading terbalik dari dugaan masyarakat pada umumnya.
Memang, tidak ada yang secara tegas menyatakan bahwa kemenangan salah satu pasangan calon tersebut merupakan keberhasilan memainkan isu SARA dan atau ujaran kebencian di media sosial. Namun, keberhasilan dari strategi tersebut lebih dikarenakan manipulasi latar belakang salah satu calon yang berbeda keyakinan dari mayoritas di Indonesia.
Kondisi politik kebencian berbasis identitas tersebut, menurut pengamat politik dari Exposit Strategic, Arif Sutanto, dikhawatirkan menjadi preseden buruk yang dapat membelah masyarakat pada tahun politik 2018 dan 2019. Apalagi, saat ini media sosial menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan menuju kursi RI 1.
Berdasarkan riset We Are Social dan Hootsuite 2017, pengguna internet di Indonesia tumbuh 51% dalam kurun satu tahun dengan presentase tertinggi di Pulau Jawa. Berdasarkan data tersebut, bukan tidak mungkin skala penggorengan isu ujaran kebencian di media sosial akan bertambah besar pada perebutan kursi nomor satu di Pulau Jawa 2018.
Penyebaran ini, tentu tidak mungkin dilakukan langsung oleh sang tokoh, namun melalui tangan orang lain yang membantunya. Suatu kondisi yang membuat seseorang kucing-kucingan dari pribadinya sendiri. Pepatah Jawa mengatakan “Nabok nyilah tangan”,  yang berarti memukul dengan menggunakan tangan orang lain.
Menyikapi kondisi itu, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) pun menambahakan ujaran kebencian di media sosial sebagai salah satu indikator Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) 2017 yang belum tertuang dalam IKP 2016. Karena perlu disadari bahwa suhu kondusivitas akan semakin tinggi pada tahap pra hingga pasca perhelatan politik digelar.
Sebenarnya, tren kampanye berbasis media sosial sudah dimulai pada pemilihan presiden tahun 2014 silam, yakni dengan kandidat Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Pada saat itu iklim media sosial di Indonesia sedang memasuki masa subur karena media sosial sudah dianggap sebagai rumah kedua bagi siapa pun yang memiliki akun.
Media sosial juga dapat dimanfaatkatkan untuk mendulang dukungan suara, pro, maupun kontra. Ajang saling memuji namun juga untuk mencaci, serang komentar, bahkan melakukan bullying (merundung) antarpendukung calon A, B, ataupun C.
Tentu, iklim politik kini akan jauh berbeda dari era pemilu yang memenangkan Susilo Bambang Yudhoyono pada 2009, di mana keberadaan media sosial tidak begitu berpengaruh banyak.
Meski demikian, dampak yang ditimbulkan dari tindakan tersebut tidak hanya mandek sebelum dan tepat perhelatan saja, namun berimbas hingga jauh setelah acara usai.  Salah satu contohnya adalah masih tertinggalnya persepsi tentang “anti calon A, B, ataupun C”. Apapun tindakan yang dilakukan akan dianggap sebagai sebuah pencitraan dan kelalaian.
Bagi mereka yang diterpa isu, salah satu dampak negatif dari hal tersebut adalah ketakutan dan malu menunjukkan diri di muka umum. Hal ini justru malah memperlicin celah oknum radikal untuk melakukan doktrinasi.
Secara psikologis, ketakutan akan membentuk pribadi masyarakat yang mudah berburuk sangka dan reaktif. Tentu nantinya akan mudah dimasuki doktrin. Karena ketakutan itulah yang membuat orang mau melakukan apa saja. Termasuk bertindak radikal dan mengancam, entah sebab tunduk terdesak atau kebingungan mengikuti arus yang orang lain sarankan.
Sungguh hal ini sangat megkhawatirkan bagi kader masa depan bangsa, apabila tradisi ini terus bergulir dari generasi ke generasi, yang kian hari diiringi berbagai kemajuan teknologi. Sayangnya, tindakan ini pun sudah mulai menjakit di berbagai kalangan, termasuk pada kaum intelektual.
Seperti kasus Siti Sundari (51 tahun) yang seorang dokter. Ia di akun Facebook Gusti Sikumbang telah ditangkap oleh Tim Cyber Bareskrim Mabes Polri karena menyebarkan meme SARA yang memuat ujaran kebencian terhadap Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pada Desember 2017 silam.
Jika disadari, kasus ini merupakan salah satu akibat dari minimnya program penyadaran literasi media digital dan klarifikasi berita kepada masyarakat. Seseorang dengan latar belakang pendidikan tinggi pun tidak menjamin bahwa ia memahami delik pencemaran nama baik dan ujaran kebencian bernuansa SARA.
Literasi yang dimaksud berupa pengetahuan yang memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang konten apa saja yang berpotensi melanggar hukum dan tidak. Agar tidak selalu menganggap berita yang pertama dibaca sebagai sumber informasi yang paling benar, tanpa terlebih dulu mengonfirmasi dari sumber lainnya.
Di samping itu, kondisi tersebut diperkeruh dengan hadirnya agen yang seenaknya sendiri menyebar konten negatif sesuai kepentingan pemesan. Lagi-lagi, sebagai akibat ketidakjelasan penegakkan hukum dan rentannya aturan. Utamanya UU Informasi dan Transaksi Elektronika (ITE) Nomor 19 tahun 2016 mengontrol hak berpendapat masyarakat.
Sering terjadinya kerancuan penyamaan dalil pencemaran nama baik dan ujaran kebencian dalam Surat Edaran Kapolri SE/6/X/2015 dengan UU ITE Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 28 ayat (2), di mana kedua poin tersebut sudah dipisahkan. Akhirnya, seringkali berakibat pada pemrosesan para pelaku ujaran kebencian tidak tuntas dan melahirkan bibit baru.
Terbukti dengan adanya kasus Saracen yang memiliki jaringan hingga 800.000 akun untuk menyebarkan konten ujaran kebencian SARA maupun propaganda sesuai dengan tarif mencapai 72 jutaan. Meskipun sudah ditutup namun jaringannya masih saja menetas.
Selain itu, merebaknya ujaran kebencian sebenarnya tidak jauh dari pengaruh perilaku, para aktor konflik politik di level elit. Konflik politik di level ini acapkali menular ke masyarakat. Bagaimana tidak? Politikus sebagai intelektual dan berpengaruh di dunia virtual tidak menggunakan kekuasaan mereka di media untuk kebaikan.
Mencari Solusi
Selaku generasi pendukung, pengkritisi, penerima kritik, kita juga harus mampu menjadi gudang solusi. Bagaimana agar kondusivitas kampanye media tetap stabil dan terhindar dari maraknya konten negatif yang merajalela seperti di perhelatan politik sebelumnya.
Hal yang dapat dilakukan pertama adalah perlunya meminimalisasi hal-hal sensitif sejak dini mungkin, seperti halnya hoax, ujaran kebencian, dan SARA, tidak menjadi penyulut perbincangan di masyarakat, dengan mengulik tentang latar belakang calon untuk mendukung ataupun menjatuhkannya.
Selain itu, tidak membiasakan diri untuk ikut-ikutan mengomentari suatu pemberitaan tanpa konfirmasi terlebih dahulu. Seperti mencari wacana yang berupa fakta, hingga pencarian sumber  pemikiran yang kritis dan terpercaya sebagai tandingannya. Karena jika keliru dalam berargumen, bukankah nantinya diri pribadi pula yang akan malu.
Kemudian, persoalan literasi masyarakat yang masih harus terus dibenahi. Karena minimya tingkat literasi seseorang akan memperlebar risiko yang  diambil. Sumber literasi tak selamanya harus bersumber dari buku, melainkan juga bisa dari sumber beita online di media yang ralevan, terpercaya, dan memiliki disiplin verifikasi.
Pemerintah daerah selaku pemangku sekaligus pemilik kepentingan, dalam hal ini juga harus berperan proaktif  dalam pencegahan kampanye hitam (black campaign) yang bernuansa kebencian. Pemerintah harus mampu membendung dan menjadi wadah guna menampung aspirasi masyarakat, dan sekaligus menjadi lumbung solusi.
Masyarakat yang merasa diapresisasi dan diperhatikan, tentu dengan penuh kesadaran diri akan menganggap aparatur pemerintah itu memang hadir untuk rakyat. Sehingga pada kelanjutannya akan memunculkan rasa sinergitas “bottom up”. Kesadaran melek literasi dan partisipasi pelaporan dari masyarakat kepada pihak pengayomnya (pemerintah).
Selain sinergitas, pemerintah juga perlu menerjunkan tim siber guna mengawal langsung di masyarakat. Ataupun mempersiapkan tim-tim khusus, seperti satgas pasukan Anti Black Campaign atau sering disebut ABC. Dan, tidak lupa untuk menggalakkan patroli dan siskamling media sosial di dunia maya.
Kita pun perlu mengapresiasi kinerja pemerintah, yang tidak dimungkiri selalu berusaha untuk meredam hal tersebut. Negara telah meminta para provider media sosial seperti Facebook, Twitter, Blog, Telegram, Instagram, Path, dan sejenisnya, untuk mengawal setiap penyebaran konten yang ada di media bentukannya atau mencabut izin operasinya.
Tidak hanya itu, pemerintah juga bekerja sama dengan Badan Intelejen Negara, membentuk Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), hingga Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk mengawasi dan memblokir situs yang mengandung unsur SARA, ujaran kebencianradikal, dan merugikan yang dapat menggulingkan masa.
Nah, ujaran kebencian pada nyatanya memang sesuatu yang renyah untuk dinikmati. Bagaimana tidak? Sensasi kerenyahan yang ditawarkan menjadikan orang rela menutup mata, telinga, menyerang, dan mengorbankan pondasi relasi yang telah dibangunnya.
Tidak hanya sajian yang nikmat dalam sebuah permainan, namun juga sesuatu yang dapat menyulut kobaran keuntungan di tengah gejolak itu sendiri. Oleh karena itu, sensasi yang renyah akan lebih gurih dan bermanfaat bagi masyarakat. Itu apabila ujaran yang ditebarkan beralih isi dengan konten kebaikan untuk sebuah pembangunan karakter bangsa, bukan menjatuhkannya.
Ayo menjadi bagian dari generasi perubahan yang menjaga lisan dan tahu aturan. (R.T.J)