Sriatun Tak Lelah
Berproses
Semarang (2/5), Siang ini
sinar matahari memancar dengan terik, akan tetapi senyum di bibir seorang
temanku tegah mengembang, dia adalah Sriatun temanku satu angkatan entah gerangan
apa yang membuatnya begitu ceria hari ini. Berjalan sambil menenteng plastik
hitam besar, Ia menghampiriku kemudian duduk sambil membuka laptop yang diambil
dari dalam tasnya. Tersenyum kembali Ia lalu bertanya, “Bahasa kramane tidak
bisa lepas dari doa itu apa ya Jan?”. Kemudian Aku jawab pertanyyannya tadi,
setelah itu Aku yang berbalik bertanya. “Atun, hari ini ada yang berbeda dengan
dirimu,nampak bahagia sekali”. Dia membalas dengan senyuman dan memberi tahuku,
“ Alkhamdulillah Aku ngak menyangka Jan, menang Juara 1 Menulis Kisah Inspiratif
Lomba Autobiografi Kamakarya UGM Tingkat Nasional 2016”.
Kemudian Aku ikut
tersenyum dan mengucapkan selamat kepadanya sambil berkata “Jangan lupa
traktirannya ya?, gurauku padanya. Apakah orangtuamu sudah mengetahuinya”
timpalku.
“Iya, sudah”, dengan nada
pelan, senyum yang tadi mengembang dan mata yang tadi berbinar-binar kini mulai
berubah.
“Ada apa Tun?”
Ia, tersenyum simpul
sambil menyandarkan badannya ke tembok, Ia mulai menjawab. “Aku teringat masaku
dulu bersama orang tuaku.
“Bukankah mereka tengah
baik-baik saja?”
“Iya, memang akan tetapi
bukan itu yang terlintas dalam benakku ketika Aku bisa seperti ini saat ini.
Aku teringat kembali dengan perjuangan hidupku dulu Jan”.
“Ceritakanlah!!!!”pintaku
padanya. Kemudian Ia mulai bercerita tentang ap yang tengah Ia pikirkan. Dara kelahiran
Bawang, 7 Februari 1997 ini bertempat tinggal di Bawong Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah. Ia awal mengenyam pendidikan bangku Sekolah
dasar di SDN 03 Surjo, yang tak jauh jaraknya dari rumah tempat Ia tiggal.
Kemudian Ia melajutka ke jenjang SLTA di MTS Sunan Kalijaga Bawong, nah mulai
dari taraf inilah pikirannya mulai terhenyak sadar akan kondisinya perekonomian
keluarganya saat itu yang serba pas-pasan dan hanya makan seadanya. Akan tetapi
terkadang perasaan labil, iri dengan keadaan teman sebayanya, yang memiliki
uang saku lebih dan dapat membeli jajanan sesuka hati dan sesuai keinginan
mereka pula pun tak dapat dihindari.
Namun rasa iri dan ingin
seperti layaknya teman-temanya yang lain mulai sirna, seiring usianya bertambah
dan Ia mulai beranjak ke jenjang SMA.
Atun sudah dapat menata hati dan pikiran lama yang terkadang merasuk di
kalbunya.Ia selalu mengingat nasihat Ayahnya “ Wong ra duwe ra masalah sing
penting bisa sekolah” (orang tidak mampu tidak masalah asalkan bisa sekolah)
ketika awal Ia berada di SMAN 1 Bawong. Pesan itu yang Atun pegang,tak pernah sekalipu
ia bermimpi untuk mgelanjutkan ppendidikannya ke jenjang perkuliahan, baginya
mungkin itu hanya mimpi.
Akan tetapi fakta berkata
lain, Atun yang tak pernah kenal lelah untuk berjuang dan berproses pun
akhirnya dapat melanjutkan mimpinya. Gerbang mimpi itu mulai terbuka berawal
dari ketika diterimanya Ia di Universitas Negeri Semarang (UNNES) pada Prodi
Pendidikan Bahasa dan sastra Jawa 2015, melalui jalur Seleksi Nasional
Perguruan Tinggi Negeri atau disingkat dengan SNPTN. Meski pun harus jatuh dan
bangun Ia maupun kedua orang tuanya tetap semangat demi dapat menuju ke suatu tempat yang namanya Gunung Pati,
Semarang. Tak sedikit pun hal itu tidak
menyurutkan niatnya untuk memperjuangkan apa yang telah dan ingin Ia dapatkan.
Dara 19 tahun ini,
sedikit demi sedikit menuai hasilnya, dar kesabaran yang Ia tanam. Mulailah Ia
mengembangkan bakatnya melalui berbagai organisasi yang Ia gemari. Sekarang Ia
aktif sebagai Gugus Latih atau Guslat, Pengurus Unit KegiatanMahasiswa Pramuka
Pusat, Anggota Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Jawa juga aktif dalam
Perkumpulam Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Buah manis yang Ia peroleh tidak
hanya itu, baru saja Ia memenangkan Penulisan Autobiografi Tingkat Mahasiswa
Nasional di UGM yang berawal dari mencoba ketika melihat pamplet lomba
tersebut. Bagi dirinya Jangan Lelah Berproses menjadi Motto hidupnya. (RTJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar