KEBANGKITAN
NASIONAL SEBAGAI MOMENTUM
MENCEGAH
RADIKALISME
Momentum
Kebangkitan Nasional merupakan salah satu wahana yang dapat kita gunakan untuk
membangkitkan semangat nasionalisme, utamanya generasi muda di Semarang. Karena
pemuda Semarang merupakan salah satu bagian dari perubahan kebangkitan bangsa,
yaang bersinergi di bawah pimpina Budi Utamo melawan penjajah ditandai dengan Pertempuran Lima
Hari Semarang. Di sisi lain, Kota
Semarang merupakan salah satu saksi bisu perjuangan kebangkitan itu.
Kebangkitan Nasional
adalah tonggak sejarah bangsa Indonesia, yang harus dipelajari, dipahami, yang
selanjutnya dijadikan inspirasi dalam perjalanan bangsa untuk mewujudkan
cita-cita hidup berbangsa. Rasa nasionalisme tersebut mendorong bangsa ini
tetap eksis, mandiri, dan berkembang sejajar dengan martabat
bangsa-bangsa lain yang sudah maju maupun yang sedang menggapai kemajuan.
Nasionalisme
adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan
kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian
masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam
terhadap bangsa itu sendiri. Perjuangan serentak diberbagai kota di Indonesia
yang diwarnai dengan pertumbahan darah dan pengorbanan, yang menghasilkan
kebangkitan gelora kemenangan pemuda. Hingga dimaknai sebagai
kebangkitan pada perekatan persatuan dan kesatuan di antara masyarakat
Indonesia. Semangat akan persatuan dan kesatuan diwujudkan dengan ikrar Sumpah
Pemuda yang dilakukan oleh para pemuda Indonesia pada waktu itu untuk berjuang
bersama mencapai suatu kemerdekaan bagi tak terkecuali pemuda-pemudi Semarang.
Gelora semangat
kemenangan tersebut, sudah 109 tahun dinikmati oleh berbagai lini kehidupan
masyarakat Indonesia. Sebuah usia yang tak lagi muda serta perjalanan panjang
bangsa ini untuk terus menjadi sebuah negera yang benar- benar merdeka baik
secara moral dan spiritual.
Namun, realitas saat
ini menunjukkan merosotnya semangat Kebangkitan Nasional tersebut, terutama di kalangan generasi muda. Apalagi,
di tengah arus globalisasi yang dipenuhi oleh berbagai isu dan propaganda,
melalui penyebaran-penyebaran paham atau ideologi radikalisme dan terorisme. Hal
ini dikhawatirkan dapat menyulut perpecahan, ......Indonesia, apabila generasi
muda sebagai pilar pemimpin bangsa sudah kehilangan jati dirinya.
Karena Paul Ricoeur dalam
Haryatmoko “Etika Politik dan Kekuasaan” (2014:24) menyatakan ideologi
sangat berperan dalam strukturasi tindakan sosial. Kelompok tersebut menjadi
provoktor untuk memecah belah bangsa ini, dengan berbagai tujuan polikti
kekuasaan. Mereka berlomba-lomba untuk menebarkan benih-benih kebencian, di
atas perbedaan masyarakat yang plural ini. Apabila disadari, bahwa kebencian
itu penyebab utama kekerasan masal yang mewabah di Indonesia saat ini. Berbagai
tindakan kriminal seperti perusakan dan pembakaran tempat ibadah, penjarahan,
pemerkosaan, penganiayaan, dan pembantaian. Orang boleh mengatakan sebab utama
adaah kesenjangan ekonomi atau sistem politik yang represif. Tetapi, tidak bisa
dipungkiri dan diabaikan peran kebencian sebagai “pisau sayat” untuk merobek
jala persatuan atarkelompok agama, ras, dan golongan itu dilakukan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan.
Salah satu tindakan
yang dapat pemuda Semarang lakukan untuk menyongsong Kebangkitan Nasional, 21
Mei 2017 nanti yaitu mengisiya dengan berbagai kegiatan yang mengandung
nilai-nilai afektif dan edukatif yang dapat dijadikan teladan untuk generasi
masa kini dan yang akan datang. Memanfaatkan momentum untuk menghidupkan
kembali semangat nasionalisme pada generasi muda. Karena, sesungguhnya berbagai
problematika yang terjadi di sebuah bangsa modern tidak bisa dipisahkan dari
sejarah panjang identitas nasional yang telah diperjuangkan para elit masa
pergerakan nasional yang perlu kita ingatkan kembali.
Selain itu, momentum
peringatan ini dapat jadikanlah titik awal dalam membangun kesadaran untuk
bergerak mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia. Perlu
diingat kebangkitan yang telah diperjuangan dengan pertumpahan darah dan gelora
kebangsaan itu, dapat kita apresisasi dengan semangat persatuan yang tertanam
dalam jati diri setiap warga negara. Apabila hal itu dilakukan, akan semakin
memperkukuh rasa persatuan, kesatuan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Penjagaan dari segala bentuk ancaman dan tidak lupa perbaikan
kehidupan bangsa yang lebih “berharmoni” ke depannya, terutama di Kota
Semarang. Maka generasi muda harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional
sebagai dasar kepribadiannya untuk menghadapi brbagai tantangan dan pengembangan
kreativitas budaya globalisasi.
Di luar itu, dengan
adanya momentum tersebut, gerekan pemuda Semarang patut terus mengapresiasi
kesadaran masyarakat Semarang, yang telah berani mengambil keputusan dan
tindakan atas penyebaran paham radikalisme. Diantaranya adalah penolakan
terhadap rencana pembentukan suatu
organisasi masyarakat yakni Hizbut Tahrir Idonesia (HTI) dan Front Pembela
Islam (FPI).
Seperti yang
dilontarkan Wakil Ketua Organisasi Pemuda Laskar Merah Putih, Iwan Cahyono yang
dilansir oleh detik.com. “Sampai kapanpun kami menolak keberadaan FPI di
Kota Semarang. Kami harap segera dibubarkan (acara pengukuhan),” kata Iwan di
lokasi, Kamis (13/4/2017) malam. Maka
banggalah menjadi generasi muda yang tangguh dan berani bangkit untuk melawan
paha-paham yang bertentangan dengan Pancasila, serta merusak kebhinekaan negara
ini. [RTJ-16/05]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar